Monday, 12 December 2022

Dari Yang Terbuang Menjadi Uang

           Halo semua, masih ingatkah kalian dengan tokoh kartun Kosuke Ueki dari seral anime The Law Of Ueki yang dulu pernah tayang ditelevisi ? Kalau masih ingat, pasti tau kan kekuatannya yang bisa mengubah sampah menjadi pohon dan ada juga kekuatan lainnya yang disebut daur ulang (Recycle). Tokoh ini tuh sebenarnya menginspirasi banget buat kehidupan sehari-hari, seadainya saja ada beneran kekuatan praktis yang bisa mengubah sampah menjadi sesuatu yang berguna pasti keren banget. Ngomong-ngomong mengenai tokoh inspirasi, sebenarnya ada seseorang yang melakukan hal yang sama, dimana dia berperan mengubah sampah menjadi berkah.

          Amilia Agustin, wanita cantik asal Bandung, Jawa Barat ini memang sedari remaja sudah sering memperhatikan lingkungan sekitar, terutama timbunan sampah yang ada di Tempat Pembuangan Sampah Sementara Terpadu (TPST) Tegallega, Bandung dimana lokasinya berdekatan dengan sekolahnya. Dia dan teman-temannya yang masih berstatus siswa SMP ini ingin setidaknya tumpukan sampah yang ada disana dikelola dengan baik dan menjadi berkurang. Untuk melakukan perubahan memang tidaklah mudah, awal mulanya mereka juga tidak tahu bagaimana cara mengelola sampah, bahkan sempat diejek teman yang lain, hingga nyaris menyerah.

       Dengan berbekal semangat, keyakinan, dan niat yang tulus untuk membuat perubahan terhadap lingkungan, dia terus melanjutkannya hingga keberhasilannya melakukan program pengurangan sampah yang disebut Go to Zero Waste School ini justru membawa berkah. Dari kegigihan yang dilakukan, membuat dia menerima penghargaan SATU Indonesia Awards dari Astra pada Tahun 2010 yang lalu.

Dari hadiah yang didapat digunakan untuk membeli peralatan yang tentunya berguna dalam program pengurangan sampah yang dilakukan. Bahkan mereka juga mengajarkan orang lain bagaimana cara mendaur ulang sampah, bekerja sama membuat produk dari sampah, yang mana nantinya bisa dijual di pameran maupun secara online. Tentunya hasil yang didapat bisa digunakan untuk tabungan biaya sekolah.

         Tidak hanya sebatas untuk lingkungan sekolah, bahkan pada Tahun 2014 saat Ami diterima kuliah di Universitas Udayana, Bali. Dia juga tetap menyuarakan perubahan lingkungan, hingga membentuk komunitas peduli lingkungan “Udayana Green Community”. Komunitas ini mengajarkan anak-anak yang bersekolah untuk peduli lingkungan, juga melatih warga di desa-desa untuk melakukan pengolahan sampah yang baik dan benar. Sampai akhirnya Ami lulus kuliah dan bekerja pun dia tetap mengkampanyekan masalah lingkungan sampai saat ini.

       Sosok beliau sangat menginspirasi sekali bagi saya, terutama sebagai aktivis pencinta alam saya seringkali melihat sampah yang berserakan di alam. Banyak orang-orang yang mengaku pecinta alam, tapi sebaliknya malah suka merusak alam dengan membuang sampah sembarangan. Apalagi dengan hadirnya sosial media yang memudahkan masyarakat umum maupun komunitas pecinta alam untuk beramai-ramai mengunjungi tempat wisata yang lagi viral. Alhasil wisata alam yang awal mulanya terlihat bersih, bagus dan sedap dipandang, malah jadi tempat pembuangan sampah dari para pengunjung.

         Saya berkeinginan untuk mengajak teman-teman lain sebagai sesama aktivis pecinta alam maupun masyarakat umum, untuk membuat agenda kegiatan bersih-bersih alam. Tentunya bertujuan untuk menambah erat tali silaturahmi sebagai sesama aktivis dan juga alam tetap terjaga kebersihannya dari sampah.

         Selain masalah banyaknya sampah di alam, penumpukan sampah yang ada di tempat pembuangan sampah tentunya jadi perhatian saya selama ini. Sampah yang setiap hari terus membludak dari hasil pembuangan sampah rumah tangga sehari-hari maupun dari pabrik industri, alangkah baiknya jika bisa diolah untuk hal yang bermanfaat, apalagi jika bisa menghasilkan uang. Dari cerita Ami saya berpikir seandainya ada program dari pemerintah yang bekerja sama dengan ahlinya untuk mengajarkan cara pengolahan sampah menjadi barang berguna, tentunya sangat bermanfaat sekali untuk orang banyak.

     Program yang saya maksud mencakup kegiatan ekstrakulikuler bagi siswa untuk belajar cara mengolah sampah menjadi barang bermanfaat dan juga untuk masyarakat umum terutama ibu-ibu rumah tangga yang kesehariannya hanya dirumah, bisa diajarkan cara untuk mengolah sampah menjadi barang bermanfaat. Barang-barang daur ulang yang sudah jadi bisa dijual kembali dengan pengadaan pameran di ruang terbuka dan  bisa juga melalui online store. Hasil yang didapat dari penjualan bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, selain itu juga mereka mendapatkan ilmu dari pembelajaran mengolah sampah.

 


 

*Atas          : Tempat Pembuangan Akhir Tabing Rimbah, Kab. Barito Kuala

*Bawah      : Tempat Pembuangan Akhir Cahaya Kencana, Kab. Banjar

Dulu saya pernah mengunjungi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ada di Kabupaten Banjar dan Barito Kuala. Disana terdapat kerajinan tangan dari sampah, misalnya pot tanaman dari ban bekas, tempat sampah unik dari drum dan sepeda, hiasan dinding, hiasan taman dari botol dll yang mana merupakan hasil pengolahan dari sampah menjadi barang yang bermanfaat. Saya sangat berharap sekali adanya program dari pemerintah untuk menggerakan siswa dan masyarakat umum untuk diajarkan cara mengolah sampah menjadi barang yang bermanfaat. Tidak hanya sampah yang berkurang, namun juga mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Apalagi jika sampah yang diolah bisa terjual, maka bisa menghasilkan uang. Tentunya sangat bermanfaat sekali bagi orang banyak.

No comments:

Bukit Antena AKA Dilam

Halooo gess, kali ini aku mau kenalin Bukit Antena atau Bukit Dilam yang terletak di Sungai Jelai, Tambang Ulang, Pelaihari. Bagi yang perna...