Thursday, 29 October 2020

Taman Mathilda Km 4.5 Banjarmasin

Haloo,,  iya halooo, ini siapa ya? maaf bukan siapa2 wKwK udah gaje aje nih ☺Btw, ketemu lagi bersama ane si http://zainalhakimmsc.blogspot.com/ dalam program acara info gaje eh  wisata,,, kali ini ane mau ngebahas mengenai Taman Mathilda. Sebelumnya ane pernah kesini http://zainalhakimmsc.blogspot.com/2017/03/taman-mathilda.html , jadi penasaran ada perubahankah, tetap terjaga kh taman nya,,, ternyata masih terawat donggg ( ya jelaslah kalo di komplek rumah Polisi mah harus bersih dan terawat WkWk)..  Btw, Taman Mathilda ini terletak di Asrama Polisi (Aspol) Bina Brata kilometer 4,5, Banjarmasin. Siapakah 'Mathilda' yang mendapat kehormatan menjadi nama taman yang dibangun oleh Polda Kalsel itu?

Dikutip dari https://banjarmasin.tribunnews.com/2016/03/20/kapolda-kalsel-dan-ibnu-sina-resmikan-taman-mathilda-ternyata-ada-sejarah-berdarah-di-baliknya?page=all Sejarah Bhayangkari Polda Kalimantan Selatan tidak dapat lepas dari kisah heroik Mathilda Batlayeri. Seorang istri Polisi yang gugur bersama ketiga anaknya dalam mempertahankan pos/asrama Polisi Kurau, Kabupaten Tanah Laut (dahulu Kewedanaan Tanah Laut).

Pada tahun 1950-an di Kalimantan Selatan terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Ibnu Hajar dengan nama Kesatuan Rakyat yang Tertindas (KRyT).

Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) KRyT senantiasa melakukan teror dan penyerangan kepada kampung-kampung yang dilaluinya.

Tak jarang terjadi penghadangan dan penyerangan terhadap patroli-patroli tentara dan Polisi dengan tujuan merebut senjata sebanyak-banyaknya. Bahkan GPK KRyT tak segan untuk menyerang pos dan asrama militer/polisi.

Pada Rabu, 28 September 1953, dinihari, gerombolan KRyT menyerangan pos/asrama Polisi Kurau yang termasuk wilayah terdepan, mengingat wilayah Kurau merupakan Basis pertahanan GPK KRyT. Dalam penyerangan tersebut, kekuatan GPK KRyT mencapai 50 orang yang dipimpin Suwardi. Mereka bersenjata api yang terbilang modern pada saat itu dan beberapa memakai senjata tajam.

Serangan mendadak di ambang fajar tersebut hanya dihadapi oleh lima orang anggota Polisi bersenjata dan seorang Bhayangkari menggunakan senjata jenis moser milik suaminya. Bhayangkari tersebut adalah Mathilda Batlayeri, yang melibatkan diri dalam pertempuran dikarenakan melihat kekuatan anggota Polisi yang tidak berimbang dalam pertempuran tersebut.

Suami mathilda Batlayeri, AP II (Agen Polisi II) Adrianus Batlayeri, saat pertempuran terjadi sedang mengambil air di sumur, namun karena posisinya yang tidak memungkinkan untuk kembali ke Pos/Asrama, maka Adrianus tidak dapat terlibat dalam pertempuran.

Dalam pertempuran tersebut, GPK KRyT mengalami kesulitan untuk melumpuhkan kekuatan Pos/Asrama Polisi Kurau. Bahkan Suwardi, pemimpin penyerangan, yang konon memiliki ilmu kebal, tertembak oleh Mathilda Batlayeri. Namun, tetap saja pertempuran tidak seimbang. Satu persatu kusuma bangsa berguguran, termasuk ketiga anak dari Mathilda Batlayeri.

Anak Mathilda yang tewas yaitu Alex (9 thn) & lodewijk (6 thn) yang tewas di kamar asrama Polisi, yang mereka tempati dan Max (2,5 thn) tewas di pelukan ibunya. Melihat ketiga anaknya telah tewas, membuat semangat tempur Mathilda Batlayeri, seorang Bhayangkari semakin berkobar, akan tetapi setelah bertempur kurang lebih satu setengah jam, akhirnya Mathilda Batlayeri gugur sebagai kusuma bangsa bersama janin yang sedang dikandungnya. Setelah tidak ada perlawanan lagi dari pihak Polisi, maka GPK KRyT membumihanguskan Pos/Asrama Polisi Kurau. Jenazah Mathilda dan ketiga anaknya turut terbakar dalam kobaran api tersebut.

 

Semangat juang dan pengabdian yang tiada terkira Mathilda Batlayeri menjadi hal yang patut dihormati dan dikenang. Untuk jasa-jasanya tersebut, atas perintah Kadapol XIII Kaltengsel brigjend Pol. Drs. Moch. Sanusi (Mantan Kapolri periode 1987-1991), pada 13 Agustus 1983 dibangun “Monumen Bhayangkari Teladan Mathilda batlayeri” di Kurau dan selesai di kerjakan pada 15 Oktober 1983. Kemudian bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November 1983, monument tersebut diresmikan oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Bhayangkari Ny. Anton Soedjarwo (isteri Kapolri Jenderal Polisi Anton Soedjarwo, periode 1982-1987).

Pada bagian depan Monumen Bhayangkari Teladan Mathilda Batlayeri terukir tulisan yang berbunyi, “KEPADA PENERUSKU, AKU BHAYANGKARI DAN ANAK-ANAKKU TERKAPAR DI SINI, DI BUMI KURAU YANG SUNYI, SEMOGA PAHATAN PENGABDIANKU MEMBERI ARTI PADA IBU PERTIWI”

Tulisan Taman Mathilda~

Bagus juga nih kalo konsep Taman / Ruang Terbuka Hijau di kasih nama Pahlawan Daerah yang berjuang di suatu Daerah, karena saya sendiri kurang mengetahui dengan sosok beliau seandainya tidak ada taman ini. 


Monumen Mathilda di Kurau, Kab. Tanah Laut

Posisi tubuh Mathilda Batalyeri ketika gugur ditandai dengan dua buah tiang kayu kecil yang bersisian, dan karena jasa-jasa dan sikap kepahlawanan yang telah ditunjukkan maka Mathilda Batayeri mendapat penghargaan Medali Melati oleh Bhayangkari pada tahun 1983. Mathilda sendiri setelah peristiwa Kurau tersebut dimakamkan di tanah perkuburan Nasrani Jl. Kamboja Banjarmasin. Namun pada tahun 1989, kerangkanya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan di Pelaihari Kabupaten Tanah Laut berdekatan dengan makam ketiga anaknya.


No comments:

Bukit Antena AKA Dilam

Halooo gess, kali ini aku mau kenalin Bukit Antena atau Bukit Dilam yang terletak di Sungai Jelai, Tambang Ulang, Pelaihari. Bagi yang perna...