Tuesday, 4 September 2018

Perjalananku Part 6 (Klenteng dan Siring / Taman Saijaan Kotabaru)

Siang semua kali ini ane si http://zainalhakimmsc.blogspot.com/ mau ngelanjutin story "unfuckedah" ane kemaren yang udah terlalu lama gak kelar2 buat diceritain wKwK. Btw, thanks yang udah setia baca dari Part 1 hingga Part 6 ini yaws, semoga matanya gak sakit dan otaknya masih baik2 saja wKwK~ Di hari ke 5 kali ini, hanya sedikit wisata yang sempat kami (Ane dan Dani) kunjungi di Kotabaru, hujan oh hujan mengapa engkau kembali menemani perjalanan kami wKwk. Yap, di Pagi Jumat kali ini di warnai dengan butiran2 cinta eh  hujan yang menyapa di Desa Lontar, hingga sekitar jam 10 Siang baru teduh.Setelahnya kami lanjutkan perjalanan dan sekitar jam 2 siang baru nyampe di persimpangan jalan Kotabaru - Lontar, perlu waktu 1,5 jam lagi untuk menuju Kotabaru nih~
Nah, ini dia persimpangan Kotabaru - Lontar

Karena udah jam 2 siang, perut udah pada lapar and pas banget ketemu Mie Ayam, dengan Pangsit, Pentol Ikan, Pentol Daging dan Lengkap dengan Irisan Daging Ayam dengan harga yang ane rasa jauh lebih murah ketimbang di Banjarmasin~ aslii wajib kesini lagi nih kalo ke Kotabaru~
Sebetulnya tujuan utama ane pas ke Kotabaru yakni ke Pantai Gedambaan / Sarang Tiung, namun waktu udah menunjukkan hampir jam 4 Sore, alhasil ane fokus ke Siring Kotabaru sambil mencari jalan ke Tempekong and finally sampai di Klenteng An Hwa Tian, kebetulan sang penjaga lagi bersih2 diluar, alhasil kami ijin untuk masuk dan berfoto, dan sukur2 dibolehin.
Dikutip dari : http://www.gemasaijaanonline.info/2013/11/sejarah-kelenteng-hwa-tian.html Kelenteng An Hwa Tian (Tepekong), adalah tempat ibadah warga Tionghoa di Kotabaru Kalimantan Selatan, yang berada di jalan Sisingamangaraja Pulaulaut Utara, berdiri sejak tahun 1895 dan satu-satunya di daerah ini. Masyarakat Saijaan sering menyebutnya Tepekong cina, sejak dulu kelenteng ini di beri nama An Hwa Tian yang artinya keselamatan perantau warga Tionghoa. Tepekong (kelenteng) ini di kelola oleh Darman Aman Santosa selaku ketua kelenteng, Nanang Hartono selaku penasehat klenteng dan Johan Bakti penjaga klenteng. Kelenteng ini salah satu bangunan tertua di Kotabaru, dan bermula dari bangunan berbahan kayu namun seiring berkembangnya zaman kelenteng ini pun direnovasi berbahan semenisasi, dengan arsitektur yang sangat indah hingga memukau pandangan mata, tak jarang warga Saijaan menjadikan objek photo. Kita semua pasti tau kelenteng memiliki bangunan yang beragam, namun yang sering dilihat pasti berwarna merah mencolok, karena dalam tradisi masyarakat Tionghoa warna memiliki arti tersendiri seperti warna merah melambangkan kegembiraan,kebahagiaan dan keberhasilan. Selain itu warna merah juga menjadi warna dasar yang mampu membuat suasana menjadi hangat, bersemangat dan memberi sentuhan semarak khususnya pada perayaan Imlek. Sedangkan lukisan serta tekstur di kelenteng An Hwa Tian ini di ambil dari cina kuno, dengan gambar naga yang melambangkan binatang yang baik hati, sangat perkasa dan penguasa udara. Dan banyaknya lilin di dalam kelenteng baik ukuran kecil sampai yang besar yang selalu dinyalakan khususnya pada perayaan imlek, dipercaya nantinya sepanjang tahun rezeki selalu terang. Ternyata lilin-lilin tersebut mempunyai nama yaitu, lilin panjang umur, lilin murah rezeki dan lilin perjodohan, yang mana biasanya pada perayaan imlek warga Tionghoa mempunyai beberapa tradisi yang masih dilakukan diantaranya tradisi bunga Mei Hua, adalah pertanda datangnya musim semi tradisi saji jeruk kuning, apel dan pear jeruk berarti besar rezeki. Sedangkan apel berarti besar kesehatannya dan keselamatannya dan untuk buah pear melambangkan kebahagiaan tradisi kue keranjang yang berbentuk bulat mengandung makna agar keluarga yang merayakan imlek dapat terus bersatu, rukun dan tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang. Perlu diketahui bahwa tradisi mercon, kembang api dan lampion merah, menurut legenda binatang buas bernama Nian Show takut pada benda berwarna merah, maka warga tionghoa menggantung kain, lampion dan kertas merah dilekgkapi puisi indah serta memasang mercon dan kembang api untuk mengusir makhluk Nian Show yang berupa hawa jahat. Kita pasti kenal dengan barongsai dan naga (liong), ini merupakan tradisi tarian yang dianggap mendatangkan kebaikan, kesejahteraan, kedamaian dan kebahagiaan, bagi warga Tionghoa. Mereka juga mempunyai tradisi angpao, ini bukan hanya sekedar dapat membawa keberuntungan, namun juga dapat melindungi anak-anak dari roh jahat. Dan tidak ketinggalan tebu, di yakini agar rezeki selalu manis dan keluarga pun selalu harmonis.
Nah keren kan~
Kalo ke Siring Kotabaru, mesti dah mampir bentar~



And now kita lanjut ke Siring Kotabaru, asik juga nih klo sore2 berada disini, tempatnya ramai and nyaman sambil menatap laut~
Sayang bener deh cuma bentaran ada disini~

Tapi gakpapa, udah seneng kok hehe~

And lanjut bulik (balik ke Batulicin)~
Mampir bentar di Taman Sa'ijaan

And kita balik ke Batulicin + Banjarmasin (See u on Perjalananku Part 7)~

No comments:

Bukit Antena AKA Dilam

Halooo gess, kali ini aku mau kenalin Bukit Antena atau Bukit Dilam yang terletak di Sungai Jelai, Tambang Ulang, Pelaihari. Bagi yang perna...